Sabtu, 24 Juli 2010

Kepemimpinan









► e-ti/
Nama:
Juwono Sudarsono
Lahir:
Ciamis, Jawa Barat, 5 Maret 1942
Jabatan:
Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu

Alamat Kantor:
Jalan Medan Merdeka Barat No.13-14 Jakarta Pusat, Telp. (021) 3458947

Alamat Rumah :
Jalan Alam Asri VII No. 20, Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310 Telepon (021) 75909878 Faksimile (021) 75910235







Kepemimpinan

Lima Presiden di Mata Juwono


Pernah membantu lima Presiden RI (HM Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY) dalam beberapa jabatan strategis (Wagub Lemhannas, Meneg LH, Mendiknas, Menhan, Dubes di Inggris dan Menhan lagi), tentulah Juwono menimba pengalaman dan memiliki kesan atas pribadi dan kepemimpinan kelima presiden itu.

Berikut ini penuturan (apresiasi) Menhan Juwono Sudarsono dalam percakapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia Ch. Robin Simanullang di Kantor Menhan, Jakarta (12/82009), terhadap kelima presiden tersebut.

HM Soeharto
Di mata Juwono, Pak Harto itu paling efektif kalau diam. Dalam kepadatan beliau sebagai orang yang diam itu keluar dan memancar wibawanya yang dirasakan di seluruh kabinet. Dan dirasakan di seluruh lapisan birokrasi. Itu sesuatu yang luar biasa. Kekuatan dari beliau adalah kepadatan dari keheningannya. Dan wibawanya itu terpancar terutama melalui matanya. Kalau matanya itu sudah mengisyaratkan sesuatu, anggota kabinet, anggota bawahannya sudah mendapat isyarat. Cukup memahami.

BJ Habibie
Sementara Pak Habibie itu pribadi yang lugas dan sangat terbuka, sangat ilmiah. Tapi saya kira, tidak punya bobot politik untuk dirasakan sebagai pemimpin nasional. Jadi beliau itu korban dari suatu pergantian antara sistem yang sangat ketat dan padat dengan wibawa, dengan iklim yang mempersoalkan seluruh keadaan lama. Jadi beliau menghadapi turbulensi yang tidak bisa beliau kendalikan. Tapi dalam konteks itu, 18 bulan sebagai presiden, cukup mengantar pada proses demokrasi.

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Bagaimana dengan Gus Dur? Kridensial beliau sebagai pemimpin sosial, itu sangat bagus. Sebagai pemimpin sosial bangsa, bagus. Tapi sebagai pimpinan negara agak kurang baik, karena terlalu idealis dan terlalu demokratis. Sedangkan kalau menjadi pemimpin negara, itu harus ada bobot wibawa kenegarawanan yang tidak bisa langsung ditransformasi dari pemimpin LSM menjadi seorang pemimpin pemerintah. Ada sesuatu yang beliau tidak bisa kuasai di situ. Tapi juga karena pilihan beliau adalah untuk menjadi presiden yang sangat informal, sangat demokratis, sangat pluralistik, dan itu bagus untuk kebangsaan. Tapi untuk kenegaraan, mengorbankan efektitivitas pemerintahan.

Megawati Soekarnoputri
Perihal Ibu Mega, selain wawasan kebangsaan, beliau membawa beban nama ayahnya. Dan teja ayahnya itu, mau diteruskan melalui beliau seperti halnya Indira Gandhi mau meneruskan ayahnya. Seperti Benazir Buttho yang mau meneruskan ayahnya. Jadi, sebagai anak puteri dari tokoh-tokoh besar di masing-masing bangsanya. Setiap puteri ini membawa beban teja ayahnya, tetapi harus mentransformasi dalam keadaan yang lain. Situasi yang konteks kulturnya lain, ekonominya lain. Jadi itu bebannya beliau sampai sekarang.

Susilo Bambang Yudhoyono
Bagaimana dengan SBY, berani menilainya? Berani! Ini, orang yang mencoba untuk menyeimbangkan keterbukaan dan efektivitas. Beliau ‘kan terpilih karena pada tahun 2004 itu orang sudah capek dengan kegaduhan 1998-2004 sehingga mencari figur yang bisa mengisi kekosongan harapan antara demokrasi dan pemerintahan yang jalan.

Sebagai presiden, beliau menjadi orang yang mengombinasikan dua hal. Pertama, sebagai rekonsiliator, mau merangkul semua pihak, terutama setelah gaduh 1998 itu. Pada sisi lain, beliau juga mulai mengisi tentang perlunya ketegasan. Tidak cukup keterbukaan dan merangkul ini dari rekonsiliator menjadi enforcer. Dan sekarang saya kira 2009-2014 adalah kesempatan yang baik karena dengan kedudukan partainya 21 persen, tiga kali lipat dari 2004, dan mandat 60,8 persen suara pilihan langsung. Ini kombinasi yang baik.

Dengan mandat politik di DPR maupun di kepresidenan, saya yakin beliau akan berhasil melaksaanakan tugasnya. Karena beliau adalah presiden yang pertama kali terpilih langsung, terpilih kembali. Kalau dulu, pertama kali terpilih langsung. Sekarang terpilih kembali secara langsung. Itu juga satu fenomena tersendiri. ►ti/crs


*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

0 komentar:

Posting Komentar